Penulis : Dinda Mega Natasya

Malang, Smart Indonesia Academy — Dalam dunia kepemimpinan pasti ada banyak persaingan, masing-masing kubu selalu menjajakan rumusan visi dan misi, sekaligus program. Terkecuali emosi politik yang sudah terbelah ke dalam pertarungan antara “memilih dari keputusasaan” dan “memilih berbagi harapan”.

Namun dengan hal itu dua kubu juga akan saling membantu. 3 hal ini dapat dipakai menambah aneka kriteria yang telah banyak diajukan. Coba simak Yuk!

1) Nafsu berkuasa

Kekuasaan dan kepemimpinan terkait integral secara paradoksal (suatu situasi yang timbul dari sejumlah premis), tetapi tidak setiap nafsu kekuasaan menghasilkan kepemimpinan, melainkan setiap kepemimpinan mempunyai syarat kekuasaan. Lalu seberapa banyak hasrat kekuasaan yang dibutuhkan untuk kepemimpinan sejati? Paradoks adalah situasi atau pernyataan yang terdengar bertentangan atau tak masuk akal, namun sesungguhnya menyimpan kebenaran lebih dalam.

2) Perkara kecil

Setiap orang yang setia dalam perkara kecil pasti juga akan sanggup setia dalam perkara besar; kalau ada orang yang telah setia dalam kepemimpinan pemerintahan suatu kota, maka di pastikan ia akan setia dalam kepemimpinan suatu negara. Dan sebaliknya, orang yang tidak setia dalam perkara kecil juga pasti tidak akan pernah sanggup setia dalam perkara sebesar negara.

3) Habitus kepemimpinan

Banyak orang boleh membuat tentang kehebatan dirinya dan segala pemikiran nalarnya. Tetapi, para peneliti membuktikan bahwa dalam sebagian besar tindakan, manusia lebih digerakkan oleh kebiasaan. Istilah kerennya. Habitus/kebiasaan perilaku manusia tak mudah berubah, apalagi pada orang yang makin menua. Tentu, kepemimpinan membutuhkan pola pikir dan strategi yang tinggi. Namun lebih dari itu, kita harus mencari sosok pemimpin yang sudah mempunyai kebiasaan/ habitus tersebut.

Pertama : Jika hanya memprioritaskan sosok yang mempunyai nafsu kepemimpinan, maka keluluhuran Indonesia akan mulai menurun. Kedua: hanya orang-orang yang telah teruji dan terbukti setia memimpin pemerintahan pada hal-hal kecil yang dapat di pastikan juga akan setia memimpin suatu negara.
Ketiga : hanya ia yang telah teruji dan terbukti punya habitus/kebiasaan seperti para pemimpin yang sanggup menjadi kepemimpinan.

Tapi ingatlah, setiap manusia mempunyai kesempatan untuk menjadi pemimpin. Maka dari itu ubahlah kebiasaanmu dan pola pikir, serta belajarlah pada hal-hal kecil. Jika kamu sudah dapat melakukan semuanya, maka kesempatan itu pasti ada:)