Penulis : Dinda Mega Natasya

Malang, Smart Indonesia Academy — Sudah dua kali blog ini menampilkan profil anak ingusan yang cuma lulusan SMP, namun hidupnya relatif makmur dan melimpah.
Yang pertama, anak ndeso lulusan SMP bernama Darmanto, yang kini jadi national internet expert dan berkantor dari rumahnya di desa Kranggil, Pemalang. Yang kedua, Afidz, lulusan SMP yang jadi juragan soto Lamongan dan bertekad segera
mengumrohkan orang tuanya ke tanah suci.
Di sisi lain, kita acap melihat anak muda lulusan S1 bahkan S2 yang masih menganggur. Atau juga sudah bekerja
namun dengan penghasilan pas-pasan. Bulan masih tanggal 9, gaji sudah habis. Pening deh kepala.
Pertanyaannya : kenapa bisa begitu? Kenapa anak lulu’s an SMP bisa lebih makmur dibanding lulusan S2? Sajian pagi ini akan menelisiknya dengan gurih dan merenyahkan.
Memang tak jarang kita melihat pemandangan yang paradoksal seperti itu : saat orang-orang yang hanya lulusan SMP bisa begitu sukses, sementara ribuan sarjana
S1 dan bahkan S2 terpuruk dalam duka dan kepahitan yang mengigil.

Kenapa bisa begitu?Ada setidaknya tiga elemen kunci yang barangkali bisa menjelaskan ironi getir semacam itu.
Faktor # 1 : The Power of Kepepet. Mungkin orang- orang lulusan SMP itu bisa sangat sukses karena faktor kepepet. Justru karena kepepet, mereka sukses. Justru karena kepepet, mereka dipaksa melakukan something yang membuat mereka bisa melenting.
Sederhana saja, ijasah mereka hanyalah lulusan SMP. Dengan ijasah SMP, perkerjaan bagus apa yang bisa diharapkan? Tak ada pilihan lain : jika mereka ingin mengubah nasib lebih makmur, pilihannya adalah
melakukannya dengan jalan merintis usaha sendiri.
Mereka dipepet oleh keadaan : mau hidup miskin selamanya (karena sulit dapat kerja dengan hanya mengandalkan ijasah SMP) atau nekad membangun usaha sendiri yang berpotensi sukses besar.

Faktor # 2 : The Darkness of Gengsi. Orang-orang
lulusan SMP mungkin tidak lagi punya gengsi. Lhah cuman lulusan SMP, apa lagi yang mau dipamerkan. Namun justru karena itu mereka tidak merasa rikuh untuk memulai usaha dari bawah sebawah-bawahnya : mulai dari pemulung misalnya, sebelum pelan-pelan merangkak menjadi juragan barang bekas.
Dan kisah orang sukses lulusan SMP banyak bermula dari jalur marginal seperti itu : mulai dari jualan gerobak bakso keliling di jalanan yang berdebu hingga punya 70 cabang.Mulai dari kuli keceh sablon hingga punya pabrik Kaos sendiri.

Faktor # 3 : The Magic of Street Smart. Orang-orang
lulusan SMP yang tak punya kemewahan berupa ijasah perguruan tinggi itu, mungkin dipaksa belajar dari kerasnya kehidupan di jalanan. Dari kerja keras mereka di jalanan yang panas dan berdebu dan penuh lika liku.
Dan dari kerja keras di jalanan yang berdebu itu mungkin anak lulusan SMP tadi justru bisa mengenal “ilmu Street smart” – kecerdasan jalanan yang tak akan pernah bisa diperoleh oleh para lulusan S1 dan bahkan S2 dari ruang kuliah yang acap “berjarak dengan realitas”.

Demikianlah, tiga elemen kunci yang boleh jadi merupakan pemicu kenapa lulusan SMP bisa lebih kaya dibanding lulusan S1 dan S2 : the power of kepepet, the darkness of gengsi dan the magic of street smart.
Bagi Anda yang lulusan S1 atau S2, dan merasa kalah sukses dibanding anak lulusan SMP; renungkan dengan cermat esensi tulisan kali ini.
Selamat bekerja, kawan. Redefine your future life. Renovate your future destiny. Masak sih, pembaca blog strategi + manajemen yang pintar-pintar ini kok kalah sukses sama anak lulusan SMP.